bisnis online, jual beli online, sistem pembayaran, pembayaran online, bisnis online
Home » » Esensi Shalat dalam Kehidupan

Esensi Shalat dalam Kehidupan

Written By Supriadi on Monday, April 3, 2023 | 4:53 AM

 Materi hari 3 (pagi)


 Esensi Shalat dalam Kehidupan


Shalat adalah sebuah gerakan tertentu sebagai simbol umat muslim menyembah Tuhannya.


 Shalat secara harfiah bermakna doa.

Secara filosofis, makna shalat tak lebih dahsyat dari makna harfiahnya.


Shalat dimulai dari niat dan takbiratul-ihram lalu diakhiri dengan taslim atau salam.


1. Takbiratul-ihram sendiri secara harfiah berarti menegakkan takbir sambil meninggalkan perbuatan yang diharamkan dalam shalat. Seperti makan, minum, buang angin, tidur, dan lainnya. 


Di sini, penting sekali memfokuskan pikiran kepada Allah semata. Diharamkan kepada orang yang shalat ketika telah berkomitmen ber-takbiratul-ihram, memikirkan perbuatan dan niat-niat terlarang. Di sinilah, meditasi utama dalam shalat benar-benar harus murni untuk Allah saja. Fokus, menghambakan diri kepada Tuhan.


Menarik disimak mengapa dalam ajaran Islam, Allah tidak memerintahkan shalat dengan redaksi ‘kerjakanlah shalat’, tapi Allah menggunakan redaksi yang sangat kuat yaitu ‘dirikanlah shalat’.


 Di sini jelas terdapat perbedaan yang cukup jauh antara keduanya. Jika hanya mengerjakan shalat, berarti Allah hanya menyuruh pribadi diri seorang hamba saja. Shalat dan selesai. 


Tapi jika mendirikan shalat, Allah memerintahkan umatnya untuk menyebarluaskan esensi shalat. Tidak hanya untuk pribadi diri, tapi untuk seluas-luasnya umat.


Dalam takbiratul-ihram, selain diwajibkan memfokuskan pikiran, meninggikan tauhid disimbolkan dengan mengucap Allahu Akbar. Dengan membaca ini, sebagai hamba Allah, kita bersimpuh dan yakin bahwa manusia, bumi, dan segala ciptaan Allah adalah kecil. Tiada daya dan upaya tanpa kuasa dari Yang Maha Besar.


Kemudian, setelah mengucap Allahu Akbar, kedua tangan menelungkup di antara perut dan dada. Ini merupakan ajaran dari Mazhab Imam Syafii. Mazhab Syafii merupakan mazhab washati, atau yang mengambil jalur tengah-tengah dalam memutus sebuah perkara. 


Dalam hal gerakan shalat ini, makna filosofis dari gerakan Mazhab Syafii dengan menelungkupkan kedua tangan di antara dada dan perut adalah sebagai sebuah keseimbangan. Ketenangan setelah mendapat meditasi utama dalam takbiratul-ihram, terdapat dalam hati dan dada. Selanjutnya, persembahkan ketenangan itu hanya kepada Allah. Mulailah bercumbu denganNya.


Perbedaan gerakan shalat antara Imam Syafii dan ketiga Imam lainnya adalah hal yang biasa saja. Mazhab lainnya bisa menelungkupkan kedua tangannya di tempat berbeda. Bisa di atas dada, di atas perut (bahkan sedikit condong ke bawah), dan lainnya. Mengapa terdapat perbedaan dalam gerakan shalat pada tiap mazhab? Apakah boleh berbeda dalam hal tersebut? Jawabannya, tentu saja boleh. Mengapa? Karena gerakan shalat itu bukan hal prinsipil yang tidak bisa diperdebatkan. Beda halnya dengan nilai prinsipil seperti mempertanyakan keesaan Tuhan. Hal prinsipil ini, jelas tidak boleh diperdebatkan karena sudah final dan sangat logis. 


2. Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah.


 Surat wajib yang harus dibaca pada tiap-tiap shalat. Baik shalat fardhu maupun shalat sunnah. Mengapa harus surat Al-Fatihah? 

Karena memang Rasulullah mengajarkan begitu. 

Lalu mengapa Rasul mengajarkan begitu?


 Kenapa surat Al-Fatihah begitu istimewa. 


Ya, karena surat Al-Fatihah adalah ibunya Al-Quran. Banyak sekali julukan untuk surat ini karena keistimewaannya. Boleh dikatakan, surat ini adalah surat yang komplit. Berbicara tentang tauhid, kasih sayang Tuhan, kuasa Tuhan, sosial, doa hingga harapan. Kemudian usai membaca surat Al-Fatihah dalam shalat,


 3. dilanjutkan dengan mengucap amin.

Ini sebagai simbol harapan agar doa kita dikabulkan Allah. 

Ingat, Allah selalu mendengar tiap-tiap hati umatNya. Apalagi doa yang terucap tulus di saat shalat?


4. Kemudian gerakan rukuk.

Rukuk adalah gerakan membengkokkan badan membentuk huruf L terbalik sambil mengucap bacaan rukuk.


 Secara filosofis, gerakan rukuk adalah proses menuju kehambaan kita kepada Allah secara simbolis.

 Rukuk, menunduk, dan membungkuk hanya kepada satu zat saja. Yakni Allah semata. Tidak boleh membungkuk kepada zat lainnya. Ini secara tidak langsung mengajarkan kita arti pentingnya kepercayaan diri. Menganggap diri mampu bersaing dengan manusia lainnya dalam hal kebaikan. Namun bukan untuk menampilkan diri untuk berbangga. Karena kita telah tahu bahwa, diri yang penuh percaya diri ini ternyata masih membungkuk di hadapan Allah. Itulah sejatinya kita: seorang hamba.


Setelah rukuk sebagai simbol kepercayaan diri dan kehambaan kepada Allah, 


5. kita bangkit i’tidal dan mengucap bacaannya.

 Menarik disimak bahwa dalam bacaan i’tidal ini, kita melafazkan kepercayaan yang sangat tinggi kepada Allah. Bahwa Allah mendengar tiap hambanya yang memujiNya. 

Ini berarti Allah menyukai pujian dari hambaNya. Tapi perlu dicatat bahwa pujian ini diucapkan secara tulus. Bukan doktrin tentang keesaan Allah semata. Ingat, dari takbiratul-ihram kita diwajibkan berfokus kepada Allah semata.


6. Lalu dilanjutkan dengan gerakan sujud.


 Simbol kehambaan total kepada Allah. Sambil membaca bacaan sujud, ada beberapa bacaan sunnah yang boleh dibaca saat sujud. Ini bagus dilakukan, yang penting niatnya adalah untuk menyembah Allah. Memurnikan hati untuk terus bercumbu dalam shalat. 


7. Gerakan selanjutnya seperti duduk di antara dua sujud 


pun merupakan doa dan harapan kita sebagai seorang hamba. Kepada Allah, kita mengadu. Mengadu akan zat yang lemah ini untuk dikuatkan. Diangkat derajat, dikaruniakan rezeki, dan lainnya. Kemudian sujud lagi, dan tahiyat.


Filosofi yang dapat ditarik dari gerakan berdiri, rukuk, sujud, bangun, dan sujud lagi adalah sebuah perjuangan. Perjuangan hidup manusia yang tak pernah mulus. Diwarnai dengan susah-senang. Cobaan dan tantangan. Namun dalam menempuh semua perjuangan itu, manusia sejatinya membutuhkan keseimbangan. Kepada Tuhan, manusia bersujud. Meminta perlindungan. Memohon yang baik-baik. Meminta dijauhkan dari yang jahat.


8. Terakhir, adalah gerakan taslim atau salam.

Mengucapkan salam ke kanan dan kiri. Simbol sosial dicirikan dengan melihat ke sekitar. Bahwa sejatinya, Tuhan ingin menuntun umat akan pentingnya menengok sekitar. Berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Menebar rahmatan yang lil-alamin. Untuk semesta, begitulah harusnya umat Islam menjadi. 

Esensi shalat, marilah kita praktikan untuk diri dan sekitarnya.

Share this article :

0 komentar:

Post a Comment



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Catatan Online Supri7 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Cara Gampang
Proudly powered by Blogger