bisnis online, jual beli online, sistem pembayaran, pembayaran online, bisnis online
Home » » PRAKTIK CERDAS, TELADAN DARI SI MISKIN

PRAKTIK CERDAS, TELADAN DARI SI MISKIN

Written By Supriadi on Monday, May 14, 2012 | 8:02 PM


"Saya merasakan benar bagaimana hawa sangat dingin merambat dari jemari kaki dan tangan saya. Sempat terbayangkan betapa sulitnya bagi anak-anak keluarga ini tidur di malam hari. "Bisa saja mereka mudah terserang penyakit flu dan batuk," kata saya dalam hati. Namun setelah sekian lama melihat anak-anak dan penghuni rumah tertidur lelap, saya akhirnya merasa kagum dan bangga, mereka ternyata seperti tak merasakan apapun, bahkan tak nampak ekspresi kedinginan seperti saya."

Pernyataan itu muncul dari seorang pejabat daerah yang sempat merasakan tinggal di salah satu rumah  masyarakat di sekitar 1,5 km dari jalur jalan trans Sulawesi. Kemudian ia kembali bercerita bahwa rumah keluarga tersebut, disana sini nampak atap bolong, sehingga cahaya bintang pun nampak berkilau dari balik lobang atap. Bila musim hujan sudah dipastikan bahwa rumah ini pasti bocor. Dari situ si pejabat banyak mendapat pelajaran. "Dalam konteks konstitusi, kemiskinan merupakan penjabaran tanggung jawab negara dalam memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar sebagaimana mandat pasal 34 Undang Undang Dasar 1945," ujarnya. Hal itulah yang merubah pemikiran Bapak Kasim Ntou, Kepala Kantor Kesbang Kab. Boalemo, ketika ia menginap satu malam di rumah keluarga Hasan Badue.

Sama halnya dengan Jusuf Dai, ia juga salah satu pejabat di Kab. Boalemo. Kedudukannya sebagai Sekertaris Badan Diklat dan Kepegawaian Daerah, membuat Pak Jusuf merasa penugasan dari Pak Iwan Bokings, sebagai Bupati Kab. Boalemo adalah di luar kebiasaan. "Awalnya saya bertanya-tanya dalam hati dan cenderung melihatnya sebagai suatu yang biasa-biasa saja. Saya baru menyelami makna penugasan ini setelah bangun subuh ketika menginap di rumah keluarga Bapak Husain, ini ternyata adalah pelajaran hidup!" Pak jusuf menambahkan bahwa pejabat akan lebih takut korupsi karena korupsi bagi aparat pemerintah adalah mengambil hak hidup orang miskin.

Sepak terjang Iwan Bokings dengan pendekatan dengan gaya berbeda sudah dikenal oleh khalayak luas, bahkan Kabupaten Boalemo yang dipimpinnya adalah satu-satunya kabupaten dari Provinsi Gorontalo yang masuk dalam lima besar penyelenggaraan pemerintah daerah yang menerima penghargaan Parasyamya Bakti Nugraha di Balai Kota Bogor bulan Agustus lalu. Ide untuk mengajak 168 pejabat eselon II dan III SKPD Kab. Boalemo untuk menginap dirumah orang miskin berangkat dari pemikiran Pak Iwan Bokings untuk menumbuhkan rasa empati pejabat-pejabat daerah terhadap kondisi riil masyarakat yang ada di bawah. Selain itu, untuk mengajarkan kepada mereka agar benar-benar mempertanggungjawabkan dana APBD yang ada untuk kegiatan yang difokuskan kepada pembangunan masyarakat yang jauh dari korupsi. "Saya mau mereka ikut merasakan penderitaan orang miskin dan merubah cara pandang mereka berpikir, sehingga membuat program pembangunan yang tepat sasaran," ujarnya dalam peluncuran buku 'Ketika Hati Terenyuh' di BaKTI, Jl. Dr. Soetomo No. 26, Makassar, tanggal 21 September 2011.

Buku dengan judul 'Ketika Hati Terenyuh' adalah ide Pak Iwan untuk mengatasi masalah kemiskinan bersama-sama khususnya untuk para pejabat daerah. Ia ingin membuka hati para pejabat daerah untuk memiliki hati yang melayani untuk masyarakat terutama untuk masyarakat miskin. Pak Bupati juga mengakui bahwa bila ia menulis buku ini sendirian saja, maka orang akan menganggap bahwa buku ini hanya bualan belaka. Maka sejumlah 15 tulisan yang berupa kesaksian dari pejabat-pejabat di daerahnya ia kumpulkan, dibantu Rio Ismail sebagai editor, lahirlah buku ini. Sebagai seorang jurnalis yang sudah berpengalaman, Rio Ismail membantu agar buku ini menjadi sealamiah mungkin sesuai dengan apa adanya. Tulisan dan laporan dari 168 pejabat eselon II dan III diolah kembali menjadi tulisan tanpa merubah substansi dari laporan mereka. Dari semangat itulah untuk cetakan buku pertama tidak diperjualbelikan dan hanya dibagikan ke beberapa pemangku kepentingan.

Dalam acara peluncuran buku ini, Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI, Ibu Caroline Tupamahu menyatakan bahwa pejabat yang memiliki kesempatan untuk menginap di rumah masyarakat miskin adalah pejabat yang beruntung, karena belum ada pejabat di daerah lain melakukan hal yang sama. Program ini adalah program terbosan baru yang sebenarnya bisa direplikasi dan ditiru oleh daerah lain, apalagi dalam program ini yang dikedepankan selalu membuat program untuk orang miskin.

Pak Iwan yang baru saja menerima gelar Doktor di bidang Administrasi Publik di UNM Makassar ini juga bercerita banyak yang setelah membaca 15 kisah dalam buku ini akan meneteskan air mata karena terharu. "Judul buku ini sebenarnya adalah ide istri saya, ketika dia membaca naskah buku ini, ia menyebutkan sebaiknya judulnya adalah 'Ketika Hati Terenyuh'," ujar Pak Bupati yang beristrikan Kasma Bouty yang juga anggota DPR RI.

Selain program menginap di masyarakat miskin, ada satu cara lagi yang digunakan oleh Pak Iwan Bokings. Di periode pertama saat dia menjabat sebagai Bupati, ia mengajak 200 staffnya untuk studi banding di lembaga permasyarakatan selama empat jam. Bahkan ia mengajak Sekda yang pada saat itu ikut, untuk berada di ruangan isolasi selama 15 menit. Setidaknya dalam waktu itu, pejabat sudah bisa merasakan bagaimana rasanya dibalik jeruji. Pengalaman ini pun dalam waktu dekat akan dibukukan juga.

Upaya Pak Iwan Boking untuk menciptakan pelayanan publik yang maksimal tidak berhenti sampai disini saja. Ia terus menyampaikan pesan bahwa pejabat seharusnya memiliki kekayaan hati, bukan kekayaan materi dan memiliki hati untuk melayani.

Share this article :

0 komentar:

Post a Comment



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Catatan Online Supri7 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Cara Gampang
Proudly powered by Blogger