bisnis online, jual beli online, sistem pembayaran, pembayaran online, bisnis online
Home » » INSPIRASI: KITA HANYA PUNYA SATU RUMAH

INSPIRASI: KITA HANYA PUNYA SATU RUMAH

Written By Supriadi on Monday, May 14, 2012 | 8:08 PM


Anak perempuan itu senyum sambil tersipu malu. Lalu dia menjawab,”Disitu diajar menanam dan merawat pohon dengan baik, disitu diajarkan tradisi Makassar," sambil menggoyang goyangkan badannya. "Ada pohon gersen, pohon harmoni (maksudnya) mahoni," lanjutnya.
 
Kemudian tak lama ada yang memanggil dengan keras, "Kelas Komunitas!" teriak si pria. Kemudian si anak perempuan tadi dan anak-anak lainnya menjawab,"Hai!" Seakan belum puas, pria kurus berumur 30-an ini kembali bertanya,"Apa kabar?" Anak-anak Kelas Komunitas tersebut dengan antusias menjawab,"Luar biasa!"

Kejadian diatas terjadi bukan di kelas TK ataupun di kelas-kelas playgroup lainnya yang ada di sekitar Makassar. Si pria adalah Darmawan Denassa, pendiri dan kepala Rumah Tangga Rumah Hijau Denassa (RHD) dan anak-anak yang penuh semangat tadi adalah sebagian dari anak-anak yang tergabung dalam Kelas Komunitas RHD. Disana mereka belajar menanam pohon. Selain menanam pohon, mereka juga belajar menari, bermain, pembibitan tanaman, pembuatan pupuk dan bagaimana menjaga lingkungan tempat mereka tinggal  agar tidak rusak dan tetap terjaga.

Hal ini terungkap di Acara Inspirasi BaKTI: “Kita Hanya Punya Satu Rumah” tanggal 22 Maret 2012 di Backyard BaKTI. Acara yang diadakan di sore hari ini menampilkan Dermawan Denassa dan Taufik Kasaming seorang pemerhati lingkungan alam sebagai narasumber. Inspirasi BaKTI adalah event yang diadakan setiap bulan dan dihadiri oleh pemerintah daerah, akademisi, donor program, LSM dan masyarakat umum lainnya. Yayasan BaKTI mendorong dan mendukung pelaku pembangunan agar bisa berkolaborasi dan berkoordinasi dengan baik. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan mempertemukan semua pemangku kepentingan termasuk komunitas untuk membahas isu-isu kebijakan dan pembangunan terkini. Kali ini BaKTI bekerjasama dengan Rumah Hijau Denassa (RHD) mengadakan acara diskusi berbagi informasi mengenai lingkungan hidup.

Keinginan untuk menciptakan usaha-usaha yang dapat memberikan sumbangsih terhadap perlindungan lingkungan telah memberikan ide sehingga terbentuklah berbagai kegiatan peduli lingkungan. Konsep yang ditawarkan beragam, aksi lingkungan, advokasi lingkungan, pendidikan lingkungan dan sebagainya. Konsep-konsep ini terus mengalami pengembangan untuk mencari terobosan-terobosan yang paling efektif dalam menumbuhkan upaya pelesatrian lingkungan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti lingkungan yang lestari.

Rumah Hijau Denassa (RHD) merupakan rumah tinggal keluarga Denassa. Dibangun pada tahun 2007 di atas lahan seluas satu hektar. Selain rumah tinggal, RHD juga merupakan lahan konservasi tanaman, hewan, dan tempat pembelajaran bersama. RHD dilengkapi dengan Perpustakaan Denassa, biogas,Wifi, dan tempat terbuka untuk berbagai aktifitas. Rumah Hijau Denassa (RHD) terletak di sebuah kampung bernama Borongtala, Kabupaten Gowa. RHD bertujuan sebagai pusat belajar, konservasi lingkungan hidup, dan pusat belajar kebudayaan Makassar.

Sama seperti anak-anak yang sudah diajar sejak dini bagaimana mencintai lingkungan, Dermawan Denassa teringat juga dengan masa kecilnya, ketika ia mengingat banyak pohon yang ditebang karena keperluan pembangunan termasuk di tanah yang baru dibeli orangtuanya. “Saya pernah tanya kepada Bapak saya, kenapa pohon nangka dan pohon mangga itu dipotong? Lalu anak cucu ‘ta nanti makan apa? Ia hanya tersenyum saja,” cerita Denassa.

Sejak kejadian itu, Dermawan Denassa memiliki tekad untuk berbuat sesuatu di lingkungan tempat tinggalnya. Walau pun sudah menjadi Dosen Luar Biasa di Universitas Hasanuddin Makassar, tahun 2007 ia mengundurkan diri untuk kembali ke kampung halamannya Borongtala, Kabupaten Gowa. Tekad Denassa untuk membuat satu rumah yang mengangkat kembali masa kecil dan generasi muda yang cinta lingkungan serta tidak melupakan tradisi mereka semakin bulat.

RHD memiliki mimpi tentang sebuah rumah yang menjaga lingkungan dengan jalan membuat kegiatan yang disepakati dan dijalankan bersama. Menurut Denassa, RHD bukan hanya sebuah rumah tempat berlindung dari panas atau dingin saja tetapi di RHD menjadi tempat belajar tentang berbagai hal yang baik dan bermanfaat.

Selain anak-anak, orang tua dan masyarakat pun mendapatkan manfaat yang besar. Mereka berkunjung ke RHD belajar mengenai pembibitan dan menanam.  Selain itu masyarakat mengingat kembali masa kecilnya yang indah bersama tanaman, permainan, budaya dan tradisinya, yang menjadi perangsang rasa bangga akan komunitasnya. Rumah ini pun menjadi tempat berbagi kisah bagi semua orang yang ingin memahami tanaman dan hewan dalam perspektif sosio-ekokultural masyarakat Bugis dan Makassar.

Menurut Taufik Kasaming, Denassa memberikan ide dan gagasan secara gamblang yang dikembangkan secara praktis artinya bukan hanya ide yang ada di tataran tulisan saja tetapi dilakukan secara nyata. “Saya apresiasi apa pun yang dilakukan Pak Dermawan, dari namanya ‘derma’ artinya memberikan segala-galanya bukan hanya materi dan finansial, tetapi ide dan gagasan yang nyata,” sambung Taufik Kasaming.

“Walhi tahun 2000 pernah mengkampanyekan satu tema Satu Bumi Untuk Semua, Semua di Bumi yang Satu, jadi hanya ada satu bumi yang ada yang bisa kita tempati,” ujar Taufik. Namun sayang perspektif manusia hanya melihat manusia adalah obyek alam semesta bukan sebaliknya. “Maka jangan heran manusia melihat alam semesta dalam dalam mazhab ekonomi, sosial dan politik saja, padahal manusia sebenarnya adalah bagian terkecil dari alam semesta ini,” lanjut Taufik.

Taufik Kasaming berpendapat bahwa ketika terjadi bencana, manusia hanya berpikir bahwa yang terjadi hanya petaka saja. Padahal yang terjadi adalah ketidakseimbangan antara manusia dan alam. Persoalan ‘rumah kita’ ini bukan hanya didukung oleh proses penanaman saja tetapi perlu diadvokasi dengan kebijakan. ”Ketika ada hutan yang subur dieksplotasi sebesar-besarnya, lalu ada sungai-sungai yang bersih dan dengan ikannya yang banyak, menjadi kotor karena dibuang limbah-limbah oleh manusia. Kenapa manusia melakukan ini? Karena manusia dengan kesombongannya menjadikan dirinya subyek untuk alam. Perlu ada advokasi untuk menciptakan kebijakan yang berpihak pada lingkungan” sambungnya.

Sepak terjang RHD adalah salah satu usaha manusia untuk kembali menyeimbangkan hidupnya dengan alam dan lingkungan hidup. Masyarakat serta anak-anak kembali diajak dan diingatkan bagaimana memelihara lingkungan dan melestarikannya. Kehidupan bukan hanya pada saat ini saja. Generasi selanjutnya di kehidupan mendatang pun rindu ingin memiliki kenangan-kenangan indah dalam kehidupannya. Jangan lupa bahwa manusia hanya ada satu rumah yaitu alam dan lingkungan hidup yang perlu dilestarikan keberadaannya.

Share this article :

0 komentar:

Post a Comment



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Catatan Online Supri7 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Cara Gampang
Proudly powered by Blogger